Data Hujan Satelit

Data curah hujan yang diperoleh dari pengamatan satelit penginderaan jauh

Data Hujan Satelit adalah data estimasi curah hujan yang diperoleh melalui pengamatan dari satelit orbit rendah dan geostasioner menggunakan instrumen seperti radar presipitasi dan radiometer gelombang mikro. Data ini digunakan sebagai pelengkap atau alternatif terhadap data pos hujan konvensional, terutama di wilayah yang tidak memiliki pengamatan darat yang memadai.

Beberapa contoh misi satelit yang umum digunakan dalam analisis hidrologi di Indonesia:

  • TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) : Misi gabungan NASA–JAXA, aktif dari 1997–2015. Menyediakan data curah hujan tropis dengan resolusi spasial 0,25° dan resolusi waktu 3 jam.
  • GPM (Global Precipitation Measurement) : Pengganti TRMM yang diluncurkan pada 2014. Memiliki instrumen lebih canggih seperti Dual-Frequency Precipitation Radar (DPR) dan GPM Microwave Imager (GMI), dengan resolusi spasial 0,1° dan resolusi waktu hingga 30 menit.
  • Sumber lainnya: GSMaP (JAXA), CMORPH (NOAA), PERSIANN (CHRS–UC Irvine) – semuanya menyediakan estimasi hujan berbasis satelit untuk skala global.

Kelebihan data hujan satelit:

  • Cakupan spasial luas dan seragam
  • Ketersediaan data jangka panjang
  • Resolusi temporal tinggi (hingga setiap 30 menit)

Kekurangan:

  • Terdapat deviasi (overestimate/underestimate) terhadap pengamatan darat
  • Perlu dikoreksi dan divalidasi terhadap data pos hujan (groundstation) sebelum digunakan untuk perhitungan teknis

Dalam analisis curah hujan untuk perencanaan sumber daya air, data hujan satelit harus melalui proses koreksi dengan menggunakan data pengamatan permukaan agar hasil analisis lebih akurat dan dapat diterima secara teknis.

Referensi: Modul 1 Analisa Curah Hujan, Balai Teknik Bendungan

Tags: curah hujan