Sejarah hidrologi mencerminkan perkembangan pengetahuan manusia tentang air dari era kuno hingga modern, yang mencakup upaya memahami siklus air, pengelolaan sumber daya air, dan penerapan teknologi untuk mengatasi tantangan terkait air. Hidrologi sebagai ilmu yang mempelajari air memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak sekitar tahun 1000 SM. Pada masa itu, Homer, melalui bukunya yang berjudul Hiad, mengemukakan gagasan tentang asal-usul air. Homer meyakini bahwa terdapat tampungan besar yang menjadi sumber pasokan air di mata air, sumur, sungai, laut, dan sumber-sumber air lainnya.
Salah satu fakta menarik dari sejarah hidrologi ini adalah bahwa Homer, pada masanya, telah memiliki pemahaman tentang kecepatan dan debit air yang mengalir di saluran-saluran air di Yunani. Hal ini menunjukkan bahwa konsep dasar tentang aliran air sudah mulai dipelajari dan diterapkan bahkan sejak ribuan tahun lalu, menjadi fondasi bagi perkembangan ilmu hidrologi di masa berikutnya.
Kemudian, pada sekitar tahun 650 SM, Thales juga turut membahas asal-usul air dalam kajiannya. Gagasan yang diungkapkan oleh Thales memperkaya pemahaman awal tentang siklus air dan peran air dalam kehidupan. Aristoteles juga membahas hal yang sama pada tahun 483 SM begitu juga dengan Plato pada tahun 427 SM. Namun demikian, hubungan antar komponen air masih belum dibahas secara jelas dan mendetail.
Hidrologi pada Masa Kuno
Pada masa kuno, masyarakat telah menyadari pentingnya air untuk kehidupan, pertanian, dan perdagangan. Pengetahuan hidrologi awal sering kali muncul dari pengamatan langsung terhadap lingkungan.
1. Peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno
- Peradaban Mesopotamia (sekitar 4000 SM) di Lembah Sungai Tigris dan Eufrat menggunakan irigasi untuk mendukung pertanian. Mereka membangun saluran air, bendungan, dan waduk untuk mengendalikan banjir dan menyimpan air.
- Di Mesir Kuno, Sungai Nil menjadi pusat kehidupan. Bangsa Mesir memanfaatkan pola banjir tahunan sungai untuk irigasi dan pertanian. Catatan banjir Nil menjadi salah satu contoh pertama dari pengamatan hidrologi sistematis.

2. Peradaban Indus dan Cina
- Peradaban Lembah Indus (2500-1900 SM) mengembangkan sistem drainase dan penyimpanan air yang canggih, seperti di kota-kota Mohenjo-Daro dan Harappa.
- Di Cina, pengelolaan Sungai Kuning (Huang He) dan pembangunan kanal oleh Dinasti Xia dan Dinasti Zhou menunjukkan pemahaman awal tentang hidrologi dan pengelolaan air untuk pertanian serta perlindungan dari banjir.
3. Yunani dan Romawi
- Filsuf Yunani seperti Thales dari Miletus (abad ke-6 SM) percaya bahwa air adalah elemen dasar kehidupan.
- Romawi Kuno mengembangkan teknologi air seperti akuaduk, saluran pembuangan (Cloaca Maxima), dan sistem distribusi air untuk kota-kota besar.
4. Hidrologi pada Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, perkembangan ilmu hidrologi melambat, tetapi beberapa kontribusi penting tetap ada:
- Ilmuwan Islam, seperti Al-Kindi dan Al-Biruni, mempelajari air tanah dan prinsip hidrostatika. Insinyur pada masa itu mengembangkan kincir air dan saluran irigasi untuk meningkatkan produksi pertanian.
- Pada tahun 1452 M, Marcus Vitruvius mulai memberikan perhatian serius terhadap konsep siklus hidrologi. Dalam hipotesisnya, Vitruvius menyatakan bahwa hujan dan salju yang jatuh di daerah pegunungan mengalami infiltrasi ke dalam tanah. Air yang meresap ini kemudian bergerak di bawah permukaan bumi dan akhirnya muncul kembali di dataran rendah dalam bentuk aliran sungai dan mata air. Pandangan ini menunjukkan pemahaman awal tentang proses siklus hidrologi, terutama terkait infiltrasi, pergerakan air tanah, dan hubungan antara daerah hulu (pegunungan) dengan hilir (dataran rendah). Hipotesis Marcus Vitruvius menjadi salah satu tonggak penting dalam perkembangan ilmu hidrologi karena menggambarkan interaksi air dengan lingkungan dalam siklus yang berkelanjutan.
5. Hidrologi pada Abad Pencerahan
Abad ke-17 dan 18 menandai awal perkembangan modern dalam hidrologi. Pemikiran ilmiah mulai diterapkan untuk memahami siklus hidrologi secara lebih mendalam.
- Pierre Perrault (1608-1680) dan Edme Mariotte (1620-1684) di Prancis membuktikan bahwa air hujan adalah sumber utama aliran sungai melalui percobaan kuantitatif.
- Edmund Halley (1656-1742) mengukur evaporasi dari laut dan menunjukkan bagaimana uap air menjadi bagian dari siklus air global.
- Teori infiltrasi dan aliran air tanah mulai berkembang, termasuk hukum Darcy oleh Henry Darcy (1856), yang menjadi dasar ilmu hidrogeologi.
6. Hidrologi Modern (Abad ke-19 hingga Sekarang)
Hidrologi modern berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan pemahaman ilmiah yang lebih baik tentang proses hidrologi.
- Penggunaan alat ukur seperti pluviometer, flowmeter, dan piezometer membantu pengumpulan data yang lebih akurat.
- Pengembangan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan sistem informasi geografis (GIS) memungkinkan analisis hidrologi secara spasial.
- Hidrologi diterapkan dalam desain bendungan, waduk, kanal, dan sistem drainase untuk pengelolaan sumber daya air.
- Pemodelan hidrologi digunakan untuk memprediksi banjir, kekeringan, dan dampak perubahan iklim.
- Fokus pada pengelolaan air berkelanjutan meningkat dengan kesadaran akan krisis air global.
- Ilmuwan kini mempelajari hubungan antara siklus hidrologi dan ekosistem, termasuk dampak aktivitas manusia terhadap pola air alami.