Dalam analisa hidrologi, untuk menentukan apakah hujan yang terjadi bersifat ringan, sedang, atau lebat dihitung dengan membagi jumlah curah hujan dengan lamanya waktu hujan berlangsung. Misalnya, jika dalam satu jam hujan turun sebanyak 10 mm, maka intensitasnya adalah 10 mm/jam. Berdasarkan tingkatannya, hujan dengan intensitas kurang dari 1 mm/jam dikategorikan sebagai hujan sangat ringan, sedangkan hujan dengan intensitas lebih dari 20 mm/jam disebut sebagai hujan sangat lebat.
Analisa parameter hujan ini berperan penting dalam perencanaan infrastruktur, pertanian, dan mitigasi bencana. Misalnya, dalam desain sistem drainase, intensitas hujan yang tinggi memerlukan saluran yang lebih besar agar dapat menampung air dan mencegah banjir. Selain itu, dalam sektor pertanian, curah hujan yang terlalu deras dalam waktu singkat dapat menyebabkan erosi tanah atau merusak tanaman.
Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya mm) yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air. Durasi hujan adalah waktu yang dihitung dari saat hujan mulai turun sampai berhenti, yang biasanya dinyatakan dalam jam. Keadaan hujan dan intensitas hujan diberikan pada Tabel berikut.
Keadaan Hujan | Intensitas Hujan (mm) | |
1 Jam | 24 Jam | |
Hujan sangat ringan | < 1 | < 5 |
Hujan ringan | 1 – 5 | 5 – 20 |
Hujan normal | 5 – 10 | 20 – 50 |
Hujan lebat | 10 – 20 | 50 – 100 |
Hujan sangat lebat | > 20 | > 100 |
Distribusi hujan sebagai fungsi waktu menggambarkan variasi kedalaman hujan selama terjadinya hujan yang dapat dinyatakan dalam bentuk diskrit atau kontinu.
Metode Perhitungan Intensitas Hujan
Menurut Soemarto (1999) bahwa jika tidak ada waktu untuk melakukan pengamatan atau disebabkan oleh karena alatnya tidak ada, maka dapat ditempuh dengan cara empiris dengan rumus-rumus sebaga berikut:
A. Metode Talbot
Metode talbot dikemukakan oleh Professor Talbot pada tahun 1881 (Soemarto, 1999; Handayani, dkk, 2007). Rumusnya sebagai berikut:

Dimana I menyatakan intensitas curah hujan (mm/jam), t menyatakan lamanya atau waktu (durasi) curah hujan (jam), n menyatakan jumlah data, Ii menyatakan intensitas curah hujan pada jam ke-i, dan ti menyatakan lamanya curah hujan pada jam ke-i.

B. Metode Sherman
Metode Sherman dikemukakan oleh professor Sherman pada tahun 1905 (Soemarto, 1999). Rumusnya adalah:


C. Metode Ishiguro
Metode Ishiguro dikemukakan oleh Dr. Ishiguro tahun 1953 (Soemarto, 1999; Santoso, 2006). Rumusnya adalah:


D. Metode Mononobe
Jika yang tersedia hanya data curah hujan harian maksimum, untuk menghitung parameter hujan ini sering digunakan metode Mononobe, terutama untuk analisis banjir dan drainase perkotaan.

R24 adalah curah hujan maksimum selama 24 jam (mm).