Tipe Hujan

Hujan terjadi ketika udara basah naik ke atmosfer, mengalami pendinginan, dan kemudian terjadi kondensasi yang menghasilkan butiran air atau es yang jatuh sebagai hujan. Berdasarkan mekanisme naiknya udara ke atas, hujan dapat dibedakan menjadi hujan konvektif, hujan siklonik, dan hujan orografis.

1. Hujan Konvektif

Hujan konvektif terjadi akibat pemanasan intensif di permukaan tanah, terutama di daerah tropis selama musim kemarau. Pemanasan ini menyebabkan udara yang berada di dekat permukaan tanah mengembang, menjadi lebih ringan, dan naik ke atmosfer. Saat udara naik, suhunya turun sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan dengan intensitas tinggi tetapi berdurasi singkat.

Ciri utama hujan konvektif:

  • Bersifat setempat, hanya terjadi di daerah tertentu.
  • Intensitas tinggi, menyebabkan hujan deras dalam waktu singkat.
  • Durasi singkat, biasanya kurang dari satu jam.
  • Terjadi akibat pemanasan matahari, sering muncul pada siang atau sore hari.
  • Dapat disertai petir dan angin kencang.

Fenomena ini sering terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia, terutama saat musim kemarau, di mana pemanasan matahari menyebabkan udara naik dan membentuk hujan dengan cepat.

2. Hujan Siklonik

Hujan siklonik terjadi akibat pertemuan antara massa udara panas yang ringan dengan massa udara dingin yang lebih berat. Ketika udara panas naik di atas udara dingin, ia mengalami pendinginan dan menyebabkan kondensasi, membentuk awan yang menghasilkan hujan. Hujan siklonik sering terjadi dalam sistem siklon tropis, badai, dan depresi atmosferik.

Ciri utama hujan siklonik:

  • Terjadi akibat perbedaan suhu udara antara dua massa udara.
  • Hujan berlangsung lebih lama dibandingkan hujan konvektif.
  • Tidak terlalu lebat, tetapi dapat meluas ke area yang luas.
  • Sering terjadi dalam sistem badai tropis atau front atmosferik.

Hujan ini lebih umum terjadi di wilayah dengan aktivitas siklon tropis, seperti daerah pesisir dan lautan terbuka.

3. Hujan Orografis

Hujan orografis terjadi ketika udara lembab tertiup angin dan naik melewati daerah pegunungan. Saat udara naik ke lereng pegunungan, suhunya menurun sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan yang menghasilkan hujan. Sisi gunung yang menerima hujan disebut lereng hujan, sedangkan sisi yang lebih kering, di mana udara telah kehilangan sebagian besar uap airnya, disebut lereng bayangan hujan.

Ciri utama hujan orografis:

  • Terjadi di daerah pegunungan dan dataran tinggi.
  • Sisi yang menghadap angin mengalami curah hujan tinggi, sedangkan sisi sebaliknya lebih kering.
  • Berperan dalam siklus hidrologi karena menjadi sumber air bagi sungai, danau, dan bendungan.
  • Dapat bersifat musiman, tergantung arah angin dan kondisi atmosfer.

Di Indonesia, hujan orografis sering terjadi di wilayah pegunungan seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Papua, yang menjadi sumber utama pasokan air bagi daerah sekitarnya.

Tipe Hujan (Sumber : Bambang Triatmodjo, 2019)

Referensi :

  1. Bambang Triatmodjo, “Hidrologi Terapan”, Beta Offset, Yogyakarta, 2019